Bali Hadapi Tantangan Pariwisata! Sampah dan Kemacetan Jadi Sorotan

DENPASAR – Momentum peringatan World Tourism Day 2025 dengan tema Tourism and Sustainable Transformation menjadi pengingat penting bagi Bali untuk menata ulang arah pembangunan pariwisatanya.
Pulau Dewata yang selama ini menjadi ikon pariwisata Indonesia, kini dihadapkan pada dua persoalan serius: sampah dan kemacetan lalu lintas.
Bali tetap menjadi magnet wisata dunia berkat keindahan alam, budaya, dan keramahannya. Data Badan Pusat Statistik (BPS) Bali mencatat, sepanjang 2024 kunjungan wisatawan mancanegara mencapai lebih dari 5,2 juta orang, naik 25 persen dibandingkan tahun sebelumnya.
Sementara wisatawan domestik tercatat lebih dari 10 juta perjalanan. Lonjakan ini membawa manfaat ekonomi, namun juga menciptakan tekanan berat terhadap lingkungan dan kualitas hidup masyarakat lokal.
Menurut Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (DLHK) Bali, timbulan sampah di pulau ini mencapai 4.281 ton per hari, dengan sekitar 60 persen berasal dari kawasan perkotaan dan wisata. Ironisnya, hanya 48 persen yang berhasil terangkut ke TPA.
Sisanya kerap menumpuk di pemukiman, bahkan berakhir di sungai dan laut. Kondisi ini mengancam ekosistem, kesehatan masyarakat, hingga citra Bali sebagai destinasi kelas dunia.
Di sisi lain, kemacetan kian menjadi masalah klasik. Data Dinas Perhubungan Provinsi Bali menunjukkan jumlah kendaraan bermotor pada 2024 mencapai lebih dari 4,5 juta unit, sementara panjang jalan relatif tidak bertambah dalam sepuluh tahun terakhir.
Untuk reservasi dan diskon Royal Ambarrukmo Yogyakarta, klik untuk link.
Minimnya transportasi publik dan lemahnya tata ruang membuat jalur utama menuju kawasan wisata padat setiap harinya. Situasi ini tidak hanya menurunkan kenyamanan wisatawan, tetapi juga berdampak pada kualitas udara dan daya saing pariwisata Bali.
Pakar menilai, setidaknya ada tiga langkah yang harus segera ditempuh. Pertama, reformasi tata kelola sampah melalui pembangunan fasilitas modern dan kewajiban pengelolaan limbah di sektor pariwisata.
Kedua, revolusi transportasi publik dengan pengembangan bus listrik, LRT, hingga jalur sepeda di kawasan tertentu. Ketiga, kolaborasi multi-pihak antara pemerintah, pelaku usaha, masyarakat, dan wisatawan untuk mewujudkan pariwisata berkelanjutan.
Bali adalah kebanggaan Indonesia sekaligus aset dunia. Namun tanpa transformasi nyata, Pulau Dewata berisiko kehilangan pesona di mata wisatawan global. Momentum World Tourism Day 2025 diharapkan menjadi titik balik agar pariwisata Bali tetap indah dinikmati hari ini, sekaligus terjaga untuk generasi mendatang. (Ray)